Rabu, 31 Oktober 2012

DIKLATSAR KSR-PMI UNIT IAIN MATARAM


    Lompat, lari, jongkok, push up, menjadi santap pagi kami. Dan bentakan mereka menjadi menu utama kami setiap hari. Apakah seperti itu pendidikan yang benar? Nggak khan? Tapi mereka selalu benar dan gak boleh salah, dan jika mereka salah, itu bukan sebuah kesalahan, karena mereka gak akan pernah salah. Egois, ingin benar sendiri, membuat Undang-undang yang menguntungkan pihak mereka saja..                                                    
Tujuh hari tujuh malam, saya dan teman2 seperjuangan saya tersiksa lahir batin di Sesaot. Tanpa makan yang enak dan tidur yang nyenyak, diguling ditanah berlumpur, direndam disungai saat tengah malam yang dingin, bahkan disiksa layaknya budak yang harus patuh pada setiap kata yang keluar dari mulut tuannya.
Yaaaccchh,,,
Saat itu, Korlap dan Kolap bagaikan musuh yang nyata bagi kami. Mereka manusia biasa, sama seperti kami, tapi entah mengapa kami sungguh patuh dan gak berani berkutik sama sekali didepan mereka, apalagi ketika melihat wajah yang gak pernah terlintas sebuah senyuman di sudut bibir mereka. Padahal, dibelakang mereka kami marah, berteriak histeris dalam hati, ingin kami tendang mereka hingga melayang dan nyangkut dipohon coklat.
Mereka seram layaknya malaikat Zabaniah, bahkan lebih serem dari itu. Sempat merasa terjajah, tapi merasa saja gak ada gunanya, kami gak bisa membela diri, sebagai peserta, kami hanya bisa mengalah dan bersabar menanti berakhirnya minggu itu.

Saat itu pula kami berfikir, begitu banyak hal yang kami korbankan:

*      shalat yang gak tenang

*      perut yang gak pernah kenyang

*      kulyah yang ditinggalkan

Hanya untuk Diksar ini?                  

Mereka mengajarkan Sapta Prinsip kemanusiaan, tapi mana? Mana rasa prikemanusiaan mereka? Mereka hanya bisa berkata tanpa sempat mengamalkan. Benar-benar makhluk yang tak terdivinisi...

****

Dan semua tak seperti yang kami bayangkan. Sesaot kini menjadi salah satu tempat yang amat bersejarah bagi kami, khususnya bagi saya, banyak kenangan dan misteri yang tersimpan dihutan itu...
                                                        Memorian of Diklatsar KSR

                                                         By: @Poetry Bayyot

forward to blog

with azharwadhy

@wadhy07

DIKLATSAR KSR-PMI UNIT IAIN MATARAM

    Lompat, lari, jongkok, push up, menjadi santap pagi kami. Dan bentakan mereka menjadi menu utama kami setiap hari. Apakah seperti itu pendidikan yang benar? Nggak khan? Tapi mereka selalu benar dan gak boleh salah, dan jika mereka salah, itu bukan sebuah kesalahan, karena mereka gak akan pernah salah. Egois, ingin benar sendiri, membuat Undang-undang yang menguntungkan pihak mereka saja..                                                     
Tujuh hari tujuh malam, saya dan teman2 seperjuangan saya tersiksa lahir batin di Sesaot. Tanpa makan yang enak dan tidur yang nyenyak, diguling ditanah berlumpur, direndam disungai saat tengah malam yang dingin, bahkan disiksa layaknya budak yang harus patuh pada setiap kata yang keluar dari mulut tuannya.
Yaaaccchh,,,
Saat itu, Korlap dan Kolap bagaikan musuh yang nyata bagi kami. Mereka manusia biasa, sama seperti kami, tapi entah mengapa kami sungguh patuh dan gak berani berkutik sama sekali didepan mereka, apalagi ketika melihat wajah yang gak pernah terlintas sebuah senyuman di sudut bibir mereka. Padahal, dibelakang mereka kami marah, berteriak histeris dalam hati, ingin kami tendang mereka hingga melayang dan nyangkut dipohon coklat.
Mereka seram layaknya malaikat Zabaniah, bahkan lebih serem dari itu. Sempat merasa terjajah, tapi merasa saja gak ada gunanya, kami gak bisa membela diri, sebagai peserta, kami hanya bisa mengalah dan bersabar menanti berakhirnya minggu itu.

Saat itu pula kami berfikir, begitu banyak hal yang kami korbankan:

*      shalat yang gak tenang

*      perut yang gak pernah kenyang

*      kulyah yang ditinggalkan

Hanya untuk Diksar ini?                  

Mereka mengajarkan Sapta Prinsip kemanusiaan, tapi mana? Mana rasa prikemanusiaan mereka? Mereka hanya bisa berkata tanpa sempat mengamalkan. Benar-benar makhluk yang tak terdivinisi...

****

Dan semua tak seperti yang kami bayangkan. Sesaot kini menjadi salah satu tempat yang amat bersejarah bagi kami, khususnya bagi saya, banyak kenangan dan misteri yang tersimpan dihutan itu...
                                                        Memorian of Diklatsar KSR

                                                         By: @Poetry Bayyot

forward to blog

with azharwadhy

@wadhy07